Wednesday, 30 October 2013

Indonesia nowadays

    Indonesia adalah sebuah negara kepulauan dengan segudang kekayaan alam di dalamnya, kekayaan alam di indonesia tuh ibarat ada orang kaya yg punya banyak uang tapi gak tau gimana manfaatin uang itu. Ya, indonesia sampai saat ini belum bisa memanfaatkan kekayaan alamnya dengan baik bahkan cenderung bergantung pada negara lain yg justru hasil dari kekayaan alam itu indonesia hanya dapet beberapa persen dari hasil yang seharusnya kita bisa dapat lebih, dan bila bisa kita manfaatkan dengan baik mungkin kita sekarang udah jadi negara terkaya dunia..
   Bayangkan saja jika freeport dikuasai penuh oleh indonesia hasil dari semua yang ada di pertambangan itu bisa digunakan untuk membenahi daerah-daerah yang masih primitif. Maksud dari primitif adalah pendidikan kurang, tempat berobat minim dan fasilitas lainnya semacam listrik, dan infrastruktur lainnya masih jauh dari kata layak

·      Pendidikan
  
    Pendidikan di Indonesia bisa dibilang engga merata, cenderung ada sebuah pengelompokan bahwa anak yg bodoh masuk sekolah yang tidak favorit sedangkan anak yang pintar masuk sekolah favorit. Fasilitas sebuah sekolah negeri di indonesia juga masih bisa dibilang kurang bagus. Karena apa? Bandingkan saja dengan malaysia yang standar sekolah negerinya setara dengan sekolah swasta yang ada di Indonesia.

    Sekolahan di daerah pelosok juga sangat memprihatinkan, anak yang ingin sekolah di sebuah pelosok bahkan harus bertaruh nyawa karena jalan yang ditempuh sangat berbahaya dan fasilitas sekolahnya pun biasanya sangat buruk. Itu masih bagus ada sekolah, masih ada beberapa daerah pelosok di indonesia yg tidak memiliki sekolah walaupun ada itupun adanya di sebuah tempat yg biasanya lebih mendekati kota. Jadi bersyukur lah kalian yang masih bisa sekolah dengan nyaman

    Sebuah fakta yg membanggakan untuk Indonesia mengetahui bahwa indonesia adalah sebuah negara dengan waktu belajar yang lama, dan Finlandia adalah negara dengan waktu belajar paling sebentar di Dunia. Sebuah fakta lain adalah bahwa Finlandia adalah negara dengan sistem pendidikan terbaik di Dunia saat ini, sedangkan Indonesia? pasti udah tau semua lah yaa..
   
   Kesimpulan adalah, jangan buat sang anak tertekan dengan pendidikan, kembangkan lah sesuatu yg sudah jadi minat dia jangan memaksakan sebuah pelajaran yg dia tidak suka menjadi suka itu hanya membuat sang anak tertekan. Seperti UN. UN adalah sebuah sistem yg egois karena memaksakan beberapa mata pelajaran seperi IPA, MTK, B.Indonesia, dan B. Inggris menjadi patokan standar kelulusan di Indonesia. Apakah semua anak di Indonesia menyukai pelajaran tersebut? lalu kemana semua mata pelajaran yg kita pelajari sebelumnya ketika mengetahui bahwa standar kelulusan hanya di ambil dari 4 mata pelajaran? sebuah sistem yg benar-benar tidak berguna bagi kemajuan pendidikan di Indonesia. Lalu mengapa masih dipertahankan? karena kita semua terlalu patuh pada sistem yg salah ini. Patuh itu baik, tapi terlalu patuh pada sesuatu yg salah itu gak baik - Pandji
·      Pembangunan
  
   Melihat adanya ketidak merataan pembangunan di indonesia ini patut di pertanyakan mengapa bisa terjadi hal demikian. Indonesia adalah negara yang paling lengkap kebutuhannya mulai dari alam yang sangat kaya, sektor wisata, pertanian, perdagangan semuanya ada di indonesia dan dengan semua itu seharusnya indonesia bisa membangun sebuah negara dengan fasilitas baik di semua daerahnya, sayangnya harapan tidak selalu sesuai dengan kenyataan. Pembangunan di indonesia berantakan, di suatu daerah sangat bagus pembangunannya dan di daerah yang lainnya sangat memprihatinkan. Itukan aneh
    Kita tengok ke Papua dulu coba. Sebuah pulau bagian dari indonesia yang menurut saya papua adalah pulau paling kaya yang ada di indonesia, mulai dari kekayaan alamnya, wisata dan sektor lainnya dan di papua juga ada sebuah gunung yg puncaknya diselimuti salju, gunung wijaya namanya. Kan memprihatinkan sebuah pulau dengan kekayaannya malah menjadi salah satu pulau paling primitif di indonesia, sebagian warganya saja masih ga pake baju kemana-mana atau hanya memakai koteka (pakaian adat papua)        pertanyaannya sekarang kemana semua hasil dari kekayaan alam yg sudah dikelola tersebut? Apakah hanya dinikmati para penjabat di pemerintahan doang yg lebih mentingin dirinya sendiri ketimbang rakyatnya? Itukan ga adil namanya, itulah pentingnya adanya rasa jujur di diri setiap manusia, koruptor itu sekalinya ngibul ngerugiinnya satu negara, gimana gak gila tuh koruptor.
    Gue ngambil kutipan dari kartun spongebob nih ‘’Dibalik sebuah kekuatan ada tanggung jawab yang besar’’. Jadi orang-orang yang korupsi itu punya sebuah kekuatan, ya kekuatan otak. Mereka para koruptor pastikan orang-orang yang cerdas tapi sayang mereka gak bisa gunain kecerdasan mereka dengan cara yang benar dan mereka juga tidak bertanggung jawab karena memakan hak orang lain yang seharunya bukan milik mereka.
  Ya kita semua berharap kedepannya pembangunan di indonesia bisa jauh lebih baik lagi, kita juga sebagai rakyat ikut ngebantu pemerintahnya jangan cuma demo doang bisanya.

·      Generasi penerus bangsa
  
  
     
    Sebuah negara pasti akan berharap pada generasi mudanya untuk meneruskan membangun suatu negara, bagaimana dengan di Indonesia? Generasi di indonesia mungkin bisa dibilang sebagian memprihatinkan dan sebagian lainnya cukup membanggakan. Di sini gue pingin ngebahas yang memprihatinkan dulu.
   kebanyakan anak muda di indonesia sudah dimakan dengan efek dunia barat, temen-temen gue bahkan lebih mentingin artis idolanya ketimbang urusannya sama tuhan yg seharusnya jadi nomer satu. Sewaktu gue kecil, gue masih di kasih lagu yg seharusnya didengerin anak-anak, beda sama anak jaman sekarang yang kalo gue liat di tv ada anak kecil suruh nyanyi paling yg dinyanyiin lagunya justin bieber, 1Direction, Coboy junior yg sebagian besar lagunya soal percintaan yg seharunya bukan untuk anak-anak
    Rasa nasionalisme anak-anak juga harus di tanam, mungkin ada beberapa anak yg nyesel terlahir di indonesia dan pingin jadi warga negara lain yg menurutnya lebih nyaman. Itukan memalukan yang seharusnya jadi generasi penerus bangsa malah pesimis sama negaranya sendiri
Mengambil kesimpulan dari semua yang ada di atas, ayolah jadi pribadi yang lebih baik, ‘’Tidak ada yang bisa mengubah suatu kaum kalau bukan kaum itu sendiri yang merubahnya’’ jadi kalo lu semua pingin indonesia menjadi lebih baik rubah dulu diri sendiri baru mulai ke sesuatu yang lebih besar. Ini indonesia bro yang bisa ngerubah ya cuma orang indonesia, masa mau orang asing yg ngerubah negara ini kan malu kita sebagai warga negara indonesia. Jadi mulailah sebuah perubahan dari dalam diri sendiri dulu..

-      Penulis: Andhika Rachmanda

-      Twitter: @Dhikarachmanda

Wednesday, 17 April 2013

Potret buram pendidikan di Indonesia


PENDIDIKAN merupakan hak setiap warga negara. Pendidikan seharusnya dapat dirasakan semua kalangan. Hal itu juga tertuang dalam UUD 1945 Pasal 31 ayat (1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan; (3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang; dan ayat (4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurangkurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.
Selanjutnya dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, Pasal 5 (1) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu; Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus; dan pasal (5) Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat.
Namun kenyataan tidaklah demikian. Dunia pendidikan di Indonesia sarat dengan masalah yang tak kunjung terselesaikan. Berdasarkan data HDI (Human Development Index) 2011, kualitas pendidikan Indonesia berada pada peringkat 124 dari 187 negara. Indikator rendahnya kualitas ini dikuatkan dengan fakta yang bisa dirasakan kita sendiri bagaimana begitu menumpuknya persoalan pendidikan nasional, antara lain: liberalisasi pendidikan, tingginya buta huruf, rendahnya daya saing, kerusakan moral, tingkat putus sekolah, mahalnya pendidikan, dan keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan.
Survei Internasional Associations for Evaluation of Educational (IEA) tahun 1992 menyebutkan, kemampuan membaca murid-murid Sekolah Dasar Indonesia berada pada urutan ke-29 dari 30 negara di dunia, berada satu tingkat di atas Venezuella. Riset International Association for Evaluation of Educational Achievement (IAEEA) tahun 1996 menginformasikan bahwa melek baca siswa usia 9-14 tahun Indonesia berada pada urutan ke-41 dari 49 negara yang disurvei.
Data Bank Dunia tahun 1998 menginformasikan pula kebiasaan membaca anak-anak Indonesia berada pada level paling rendah (skor 51,7). Skor ini di bawah Filipina (52,6), Thailand (65,1), dan Singapura (74,0). Dalam tahun 1998-2001 hasil suveri IAEEA dari 35 negara, menginformasikan melek baca siswa Indonesia berada pada urutan yang terakhir.
Berdasarkan laporan Departmen Pendidikan dan Kebudayaan, setiap menit ada empat orang anak yang putus sekolah. Tahun 2010, anak usia sekolah (7-15 tahun) yang terancam putus sekolah mencapai 1,3 juta orang. Mahalnya biaya pendidikan pun masih menjadi masalah yang tidak pernah selesai. Para siswa pun harus dibebani dengan membayar buku-buku pelajaran yang mahal.
Sarana dan prasarana pendidikan masih begitu jauh dari maksimal. Di daerah-daerah terpencil banyak siswa yang belajar di tenda-tenda, gedung sekolah yang sudah lapuk dan hampir roboh, bahkan para siswa harus menantang maut ketika berangkat sekolah dengan menyeberangi jembatan gantung yang nyaris putus.
Akses meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi masih terasa begitu sulit ketika Perguruan Tinggi sedikit demi sedikit diliberalisasi. Ketika diliberalisasi perguruan tinggi menjadi seperti perusahaan yang mencari keuntungan dari mahasiswa karena biaya operasional pendidikan tidak lagi disubsidi pemerintah.
Kondisi ini sungguh memprihatinkan. Ini potret buram pendidikan Indonesia karena mengadospsi sistem pendidikan yang salah. Permasalahan yang terjadi di dunia pendidikan di Indonesia adalah akibat dari penerapan sistem pendidikan sekular-liberal. Sistem pendidikan sekular ini merupakan subsistem dari sistem kehidupan yang diterapkan dinegara Indonesia.
Permasalahan pendidikan di Indonesia, seperti halnya permasalahan di bidang ekonomi, politik, budaya, dan sosial kemasyarakatan adalah disebabkan pandangan hidup yang diterapkan di negara indonesia, yakni pandangan hidup yang berparadigma kapitalis sekular. Ini sangat jelas terlihat. Bagaimana tidak, pendidikan yang seharusnya menjadi tanggung jawab negara, seharusnya dipermudah aksesnya, akhirnya malah berujung menjadi komoditas dan yang mampu menikmatinya hanyalah segelintir orang kaya.
Seperti itulah deskripsi pendidikan di negara kita, yang merupakan negeri kaum muslimin dengan populasi umat Islam terbesar, tahun 2010 mencapai 85.1% (Wikipedia). Ternyata kini, banyak warga negara kita masih kesulitan untuk mengenyam bangku pendidikan. Banyak anak-anak yang terancam putus sekolah. Kondisi seperti ini sangat jauh ketika dahulu kaum muslimin berada dalam masa-masa keemasan dan menjadi pemimpin peradaban dunia.
Untuk urusan Sekolah negeri pun indonesia masih jauh dalam kata adil, ada sekolah dengan status unggulan dan non-unggulan. Anak-anak yg lebih pintar masuk sekolah unggulan, dan yang kurang pintar masuk sekolah non-unggulan. Seperti ada pengelompokan kecerdasan. Dan tidak semua sekolah negeri mendapat perhatian layak dari pemerintah, bantuan dana tidak dibagikan secara merata, Bahkan ada sekolah yg mengincar keuntungan semata tanpa memikirkan nasib anak penerus Bangsa Indonesia. Sedangkan di Malaysia semua warga pendidikannya dibebaskan dari biaya  sampai tamat SMA, dan itu benar-benar dijamin, dan Semua sekolah negeri disana dijamin kualitasnya
Butuh waktu bertahun untuk merubah ini semua, tapi itu semua pasti bisa dirubah dengan kesadaran kita Semua untuk mewujudkan hal itu.
© Andhika Rachmanda
Maira Gall